Lagu-lagu Rohani Populer Masa kini dan Pemahaman Tentang Kekristenan

bimbingan-roh-kudus-2.jpg

Aku trenyuh membaca surat amang Harahap yang ditujukannya kepada borunya, ternyata kadang kita yang muda2 ini yang kurang tahu diri dan merasa lebih ‘pintar’..
surat ini buatku mengerti bagaimana pandangan tua-tua Gereja ketika melihat kami anak muda2nya dlm masa krisis kami..

aku taruh di sini agar ketika aku mulai ‘ginjang roha + sipanggaron’ aku cepat2 bertobat..

Anyway, bagi yang lagi cari lirik lagu-lagu rohani, silahkan ke https://freewillie.wordpress.com/2007/10/25/kumpulan-lirik-lagu-rohani-kristen/


Lagu-lagu Rohani Populer Masa kini dan Pemahaman Tentang Kekristenan
(Surat Seorang Bapak Kepada Puterinya)
Oleh: Mula Harahap

Boruku yang manis,

Tadi pagi–secara tak sengaja–saya menonton acara musik di sebuah stasiun televisi. Di panggung yang gemerlapan itu ada sebuah kelompok band, serombongan penyanyi latar dan seorang vokalis pria yang bernyanyi-berteriak-teriak seraya berjalan kesana-kemari.

Mula-mula saya menyangka pertunjukan musik itu adalah pertunjukan musik sebagaimana yang biasa kau tonton di MTV, dan yang selalu membuat kita bertengkar memperebutkan “remote control”, karena saya lebih memilih untuk menonton filem tentang ular anakonda di Amerika Selatan atau “killer whale” di Laut Artik.

Tapi ketika saya sedikit lebih menyimak, maka saya mendengar kata-kata seperti, “Kaulah Yang Mahakuasa”, “Kaulah Yang Mahakasih”, “Kumenyembah Engkau” dan “Terpujilah Engkau”. Ternyata yang mereka nyanyikan adalah “lagu-lagu rohani”. (Sengaja lagu-lagu rohani saya beri tanda petik, karena kalau bukan dari ungkapan-ungkapan seperti tersebut di atas, maka sikap dan ekspresi para penyanyi itu tidak ada bedanya dengan yang lainnya, yang menyanyikan “I need your kiss”, “Hug me, baby” atau “I want to sleep with you”). Dan saya lama tercenung, ketika pada akhir acara, dari telop di layer teve saya diberitahu bahwa yang baru saya tonton itu adalah mimbar agama Kristen!

Kemudian saya teringat akan peristiwa beberapa waktu yang lalu, ketika kau dan ibumu bertengkar mengenai persoalan lagu-lagu rohani. Kau protes, karena dalam sebuah acara persekutuan remaja yang kalian selenggarakan, ibumu hanya mengatupkan bibirnya dan tidak ikut melambai-lambaikan tangan sebagaimana semua yang hadir dalam persekutuan tersebut. (“Mama ini malu-maluin saja,” katamu memberondong ibumu. “Sorry, mama tidak mengerti lagu-lagu kalian,” kata ibumu. “Ya, tapi mama ‘kan bisa belajar,” katamu lagi. “Akh, saya dibesarkan dalam tradisi lagu-lagu ‘Dua Sahabat Lama’, ‘Mazmur & Nyanyian Rohani’ dan ‘Kidung Jemaat’,” kata ibumu. “Syair dan melodi lagu-lagu kalian tak bisa meresap ke dalam hati mama.”).

Boruku,

Pada dasarnya saya adalah seorang yang progresif dan liberal. Kau tentu menyadari hal itu. Dan sikap itu misalnya tercermin dari cara saya membiarkan kalian anak-anak memprotes kami orangtua. Dan sikap itu juga tercermin dari toleransi yang saya berikan kepada kalian untuk mengekspresikan diri. (Kadang-kadang, kalau ompung kalian–ibu
saya–ada di rumah, saya jadi malu. Ia acapkali mengkritik saya. “Na beha do dibahen ho mangajari angka dakdanakmu?” katanya). Tapi dalam urusan lagu-lagu ibadah, maaf, kalau saya juga berada dalam barisan orang-orang “konservatif”.

Sebulan yang lalu, dalam persidangan majelis jemaat di gereja, secara panjang-lebar kami juga membahas tentang tuntutan agar kebaktian–paling-tidak kebaktian orang-orang muda–diizinkan untuk memakai lagu-lagu rohani kontemporer yang diiringi oleh group band. Ada sinyalemen bahwa kebaktian-kebaktian kita yang “konvensional” itu, yang memakai “Kidung Jemaat” dan “NKB” serta yang diiringi oleh piano dan orgel itu, oleh orang-orang muda dirasakan kurang hangat dan kurang menarik.

Sebagian kawan-kawan “sintua” berpendapat sebaiknya kita tidak terlalu kaku dan mengizinkan saja tuntutan orang-orang muda tersebut. “Yang mereka nyanyikan tokh sesuatu tentang Yesus…,” kata sebagian kawan.
“Daripada mereka ‘lari’ ke persekutuan lain, apa salahnya kita mengakomodasikan saja tuntutan tersebut,” kata sebagian kawan lagi.

Boruku,

Seperti yang saya katakan sebelumnya, pada dasarnya saya adalah orang yang progresif dan liberal. Kalau saja urusan lagu-lagu itu hanya sekedar urusan “kulit”, “bungkus” atau “gaya”; dengan serta-merta saya akan termasuk dalam barisan orang yang setuju. (Sebagaimana saya setuju para wanita memakai celana panjang atau orang-orang muda memakai jeans ke gereja. Atau sebagaimana saya setuju “sintua” berambut gondrong seperti saya ini. (Ha-ha-ha!).

Tapi–sayangnya–dalam urusan lagu-lagu ini saya melihat ada aspek “isi”, “substansi”, “pemahaman” atau “teologia”. Ini bukan persoalan yang gampang untuk ditolerir.

Boruku,

Kau tentu masih ingat, beberapa tahun yang lalu, ketika kau masih duduk di bangku sekolah dasar, kau pernah berkata kepada inangudamu—Tante Poppy, “Kalau Bapak sudah nyanyi lagu-lagu bahasa Batak seperti ‘Sai Patogu Rohangki’, ‘Sai Tiop Ma Tanganku’ atau ‘Ise Do Ale-alenta’; itu tandanya Bapak lagi susah, lagi nggak punya uang atau lagi marah sama
orang…”Kau benar!

Menurut pemahaman saya, hidup mengikut Yesus bukanlah hidup yang bebas dari kesakitan dan penderitaan dunia ini. Tapi dengan mengikut Yesus saya mendapat jaminan penghiburan dan kekuatan untuk menghadapi kesakitan dan penderitaan tersebut. Menurut pemahaman saya, jalan salib adalah jalan yang penuh kesukaran, tapi yang saya tahu pasti akan berujung pada kemenangan.

Bagi saya, kekristenan bukanlah “ecstasy” dan bukan pula “masochism”. (Dan untuk memahami arti kedua kata itu, sebaiknya kau buka kamus Webster yang ada di lemari buku ibumu). Bagi saya kekristenan adalah suka-duka yang
dirasakan dengan penuh kesadaran dalam perjuangan menuju ke kemenangan. (Iman, Kasih dan Pengharapan–begitulah bahasa “kerennya”).

Lagu-lagu seperti “Sai Patogu Rohangki”, “Tersembunyi Ujung Jalan” atau “Nun Di Bukit Yang Jauh” saya butuhkan untuk menghibur dan memberi saya kekuatan atas penderitaan hidup di dunia yang kadang-kadang tak bisa saya fahami ini. Seperti lagu mars pada tentara; begitulah fungsi lagu-lagu tersebut bagi saya. Ia membuat saya sadar dan kuat untuk masuk ke pertempuran. Ia tidak membuat saya “mabuk”, “fly”, “lupa diri” atau “syur”. (Maaf, saya tidak bisa membedakan, apakah kawanmu yang memegang melodi itu, yang meneriakkan “Terpujilah Engkau” berulang-ulang, seraya kepalanya naik-turun seperti ayam yang sedang minum itu, sedang bernyanyi,berzikir atau membaca mantera?).

Boruku,

Akhir-akhir ini banyak sekali “guru” yang menawarkan metode dan latihan bagi manusia untuk bisa merasakan “asketik”, kenikmatan “spiritual” atau kenikmatan “bersatu dengan Tuhan” lepas dari konteks dunia. Buku-buku, kursus-kursus atau persekutuan-persekutuan yang berkaitan dengan hal tersebut pun bermunculan seperti jamur di musim hujan. Banyak dari teman saya yang tertarik dan mengajak saya untuk mencoba bergabung ke sana. Tapi saya tidak tertarik dan tidak merasa perlu untuk mencari kehangatan persekutuan dengan Tuhan lewat cara-cara seperti tersebut di atas.

Kehangatan persekutuan dengan Tuhan saya rasakan dalam perjalanan memikul salib di dunia ini. Kehangatan persekutuan dengan Tuhan saya rasakan dalam kesadaran bahwa saya adalah bagian dari dunia tapi tidak untuk menjadi serupa dengan dunia. Inilah pemahaman yang diwarisi secara turun-temurun dari ompungnya ompung saya, bapaknya ompung saya, ompung saya, bapak saya (ompungmu), saya dan (saya berharap) kau.

Boruku,

Mungkin apa yang saya jelaskan di atas terlalu abstrak bagimu. Karena itu biarlah saya jelaskan dengan peristiwa yang baru-baru ini terjadi di tengah keluarga kita:
Empat bulan lalu kita mendapat kabar bahwa Ompung Maruli–amanguda saya–oleh dokter dinyatakan positif menderita kanker paru-paru. Kita bingung dan sedih. Kita bingung karena kita tidak tahu darimana uang harus diperoleh untuk biaya perawatan. Seperti kau tahu, ompungmu hanya seorang pegawai biasa yang hidup pas-pasan. Karena itu, kita berdoa. Sanak keluarga di Medan berdoa. Sanak keluarga di Jakarta berdoa. Kita berdoa memohon kesembuhan seraya saling bahu-membahu mengumpulkan uang—yang jumlahnya juga tidak terlalu banyak, karena sebagian besar dari kita sedang mengalami kesulitan ekonomi–untuk biaya perawatan rumah sakit.

Tidak ada “mujizat” seperti yang difahami oleh kebanyakan orang. (Duit yang beberapa kali kita kumpulkan tetap saja pas-pasan dan ompungmu pun semakin parah saja). Tapi kita tidak merasa ditinggalkan oleh Tuhan.
Bahkan kita merasa Tuhan hadir di tengah pergumulan kita.

Dua minggu lalu, setelah tubuhnya habis digerogoti oleh sel-sel kanker,ompungmu menyatakan diri siap untuk meninggalkan dunia ini. Dengan tenang dan penuh kesadaran ia minta agar diberi pelayanan perjamuan kudus yang terakhir. Dan malamnya ia pun pergi untuk menghadap Sang Bapa—Pencipta dan Pemilik Hidupnya. Tidak ada mujizat penyembuhan dan tidak ada solusi bagi tagihan rumahsakit yang menggunung. Tapi semua kita—terutama yang hadir di sekeliling ranjangnya malam itu–bisa merasakan genggaman tangan Yesus. Indah sekali!

Itulah spiritualitas yang kita pahami. Kehadiran dan penyertaan Tuhan kita rasakan dalam pergumulan hidup sesehari dan biasa-biasa saja, di dunia nyata ini.

Boruku,

(Kini kita kembali ke topik pembicaraan kita). Yang menjadi keberatan saya ialah, bahwa sebagian besar syair lagu-lagu yang disebut sebagai “lagu-lagu rohani” masakini itu, kurang pas dengan pemahaman saya tentang hidup bertuhan. (Satu-dua memang ada yang pas).

Saya merasa kurang “sreg” kalau sebuah lagu berulang-ulang hanya mengatakan, “Hebat sekali Kau, Tuhan! Hebat sekali Kau, Tuhan!” atau “Mahabesar Kau, Tuhan! Mahabesar Kau, Tuhan!”. Tuhan yang saya fahami adalah Tuhan yang tidak membutuhkan pujian seperti itu. Tuhan yang saya fahami bukanlah Tuhan yang “sipanggaron”.

Tuhan yang saya fahami justeru adalah Tuhan yang merasa terpuji, kalau dalam nyanyian yang saya panjatkan saya bisa merasakan operasionalisasi dari kehebatan dan kebesaranNya. Sama halnya, saya tidak akan merasa terpuji kalau kau hanya mengatakan, “Bapak hebat, deh! Bapak baik, deh!” Tapi saya akan merasa terpuji kalau kau mengatakan, “Bapak baik, karena memampukan saya membayar uang sekolah tepat waktu dan mendapat cukup uang jajan sehingga bisa membeli satu-dua buku bacaan setiap bulan..”. (Cobalah kau simak baik-baik syair beberapa lagu kegemaran saya di Buku Ende, Kidung Jemaat atau NKB. Kau pasti bisa lebih memahami apa yang saya maksudkan).

Saya juga merasa kurang “sreg” kalau orang bernyanyi sampai “lupa diri”.

Boruku,

Sama halnya dengan dirimu, saya juga pernah mengalami masa muda. Saya adalah generasi The Rolling Stone, Led Zeppelin, CCR, Bee Gees atau The Cats. Sampai sekarang saya masih hafal luar-kepala sebagian dari lagu-lagu itu. Pada masanya dahulu, saya juga berpotongan rambut, berpakaian dan bertingkah-laku seperti musisi-musisi idola saya itu. Tapi pada waktu itu pun saya sadar, bahwa ekspresi “pop” hanya pas untuk urusan-urusan di
luar gereja.

Kalau kami “marminggu” di HKBP Sudirman–Medan, maka dengan senang hati budaya atau ekspresi pop itu kami tinggalkan di luar pintu gereja. Kami melangkah masuk dengan menenteng Buku Ende yang bersampul hitam, kami menyanyikan lagu-lagu yang ada di sana dengan gembira dan kami mendapatkan “sesuatu”. Dan “sesuatu” itulah yang kini–kalau saya sedang gelisah, sedih atau takut–suka saya lantunkan di dalam hati. (Dua tahun lalu, bersama seorang teman, saya terpaksa bermobil di malam hari, melintasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kecuali kami, tidak
ada orang lain di tempat itu. Mobil mendaki dengan tersendat-sendat dan setiap saat bisa saja muncul orang dari balik hutan yang lebat untuk menyergap dan menghabisi kita. Saya takut. Tak ada hal lain yang saya lakukan kecuali menyetel kaset Trio Lasidos yang menyanyikan lagu-lagu Buku Ende tersebut. Rasa takut saya memang tidak hilang mutlak, tapi saya menjadi lebih tenang, pasrah dan kembali meyakini bahwa ada Dia di “atas” sana yang berkuasa atas saya dan yang memiliki hidup saya).

Boruku,

Saya tidak melarangmu untuk mengeksplorasi “lagu-lagu rohani” kontemporer itu. Tapi sebagai pengimbang, saya juga ingin agar kau mengeksplorasi lagu-lagu Buku Ende, Kidung Jemaat atau Mazmur dan Nyanyian Rohani.

Mungkin saja, pada saat-saat awal, lagu-lagu tersebut terasa kurang sreg di telingamu. Tapi cobalah terus. Saya rindu, bahwa suatu ketika kelak, kita sama-sama melantunkan lagu “Sai Tiop Ma Tanganku” (Ayat 1 sampai 5), dan merasakan “getaran” yang sama. Memang, lagu-lagu tersebut tidak membuat kita bergoyang atau menjadi “fly” untuk merasakan kehadiran Tuhan. Ia justeru membuat kita merasakan kehadiran Tuhan dalam penuh kesadaran.

(Kau tentu belum pernah mengalami peristiwa, dimana–bersama-sama dengan beberapa teman–kau menyanyikan lagu “Sai Tiop Ma Tanganku” di sekeliling seorang kekasih yang “terminally ill” dan sedang bersiap menghadap Yesus-nya. Tapi saya sudah pernah mengalami hal tersebut. Saya menangis, tapi tidak merasa sepenuhnya ditinggalkan. Saya kecewa, tapi tidak merasa sepenuhnya dikhianati. Saya takut, tapi tidak merasa sepenuhnya dilucuti. Dan semua itu saya rasakan karena kekayaan syair lagu).

Boruku,

Itulah beberapa pikiran dan gagasan saya di seputar lagu-lagu “rohani” populer masa kini. Kalau kau mempunyai pemikiran lain dan tidak bisa menerima apa yang saya sampaikan, silakan utarakan. Melalui diskusi yang diterangi oleh Roh Kudus saya berharap, kita bisa membangun suatu pemahaman yang lebih benar tentang kekristenan kita dan bagaimana bentuk pengekspresiannya yang paling pas.

Horas,

Bapakmu
(Manusia Biasa–Yang Baru Ingat Akan Tuhan Kalau Hatinya Sedang
Susah)

56 Comments

  1. azhar said,

    April 5, 2007 at 5:21 am

    hmmm, ada referensi lain nih disini terkait post ini (tentang musik kristen kontemporer):

    http://elenet.blogspot.com/2007/03/golden-jubilee-of-christian-conference.html

  2. Eky Nopp. said,

    April 22, 2007 at 6:48 am

    syallom!!!!mohon bantuan dalam mencari website artis/group band rohani apalagi kalau bisa kontak personnya,buat persiapan ibadah pemulihan kamus di STPDN Jatinagor Bandung.kalau ada yang bisa bantu,hari ini juga saya tunggu.JcBU>>>

  3. freewillie said,

    April 23, 2007 at 10:12 am

    Maaf Eky Nopp, kebetulan aku di Surabaya, jadi aku tidak bisa memberi kamu saran.
    Tapi kamu bisa coba datangi Gereja terdekat di sana, mereka pasti akan dengan senang hati membantu.
    Kalau bisa sih di Gereja Kharismatik, karena Gereja tradisional yang bercorak konservatif pasti tidak memiliki band.. yang ada cuma vokal grup dan paduan suara.. hehe..

    Selamat melayani, Tuhan berkati 🙂

  4. oki satriyono said,

    May 21, 2007 at 1:56 am

    saya beban untuk melayani sesama dalam bentuk pujian karena sayatelah diberi tuhan talenta suara saya ingin barangkali ada teman2 yang mau ngajak saya terjun dalam melayani tuhan secara bersama-sama saya sangat bersyukur mohon kalau ada teman2 yang mau ngajak saya bergabung dalam melayani mohon kirim ke email saya
    oki_satriono@yahoo.co.id
    terima kasih
    GOOD BLEESS YOOUUU

  5. freewillie said,

    May 22, 2007 at 3:30 am

    Salam kenal Oki,

    Kalau mengenai melayani Tuhan melalui vokal kamu, di forum ladangtuhan.com (nickname-ku di sana adalah “willie”) sedang berniat mengadakan audisi
    band rohani Kristen. Dan rencananya akan direkam dan diedarkan juga di Indonesia.

    Informasi lebih lanjut, kamu buka saja:
    http://www.ladangtuhan.com/portal/index.php?option=com_smf&Itemid=31&topic=3413.0

    Thanks and GB

  6. Azhar said,

    May 29, 2007 at 4:52 am

    hello willie, banyak bgt (tiga kali seminggu) pageview ke blogku dari page ini. so here i’m back just to thank you, pal.

    btw, kamu wiilie yang sering posting di LT ya? aku jg member situ cuma sekarang jarang maen ke LT, keasikan evangelize ke blog2 orang lain (terutama blog yang dimiliki penganut New Age dan Jehovah Witness). nick aku di LT -> planet Mars warna biru. anggota LT lain yg ngeblog ada si Adit (Vand – adhitya.blogsome.com)

    oia, sharing visi kamu lah, soal masa depan youth sekarang yg akan segera menggantikan generasi baby boomer yang akan segera pensiun melayani Tuhan. reply this comment or shoot me an e-mail. thank u and JBU…

  7. rudy said,

    August 13, 2007 at 2:05 am

    newslagu rohani

  8. Carlo Silalahi said,

    October 4, 2007 at 3:06 am

    saya setuju dengan Bapak Mula Harahap. perlu kita memahami isi dan cara menyanyikan lagu pujian bagi Tuhan saya pun saat ini memegang grup band untuk ibadah hari minggu. hal yang terpenting pujian yang dinaikan harus sopan, tertib, dan semua jemaat dapat menyanyikan pujian tersebut.
    jangan buat gereja menjadi diskotik rohani, karena banyak sekarang orang datang ke gereja karena musiknya meriah seperti sedang di diskotik. “..AWASI PELAYANANMU DAN PUJIANMU KARENA IBLIS SEPERTI SINGA KELAPARAN….”

  9. lena purba said,

    October 8, 2007 at 7:14 pm

    syalom…
    saat saya baca artikel ini membuat saya terdiam sejenak merenungkan setiap kata isi dari surat ini… setiap orang bebas untuk menyatakan pendapat, benar atau salah bukan kita yang menentukan.. Alkitab berkata.. Jangan menghakimi..supaya kita tidak dihakimi… kalo kita baca dalm alkitab , bagaimana Raja Daud begitu kegirangan Ia, menyanyi , menari , melompat , ketika Tabut Allah bisa dibawah masuk ke tengah bangsa Israel tetapi istrinya mencemooh bahkan marah kepada Daud dan mengatakan Daud seperti orang gila apa sikap Daud, Ia berkata Ia menyanyi untuk Allah yang hidup> Kalao kita simak di kitab Mazmur : Daud selalu memuji Allah dengan kata-kata penaggungan” Engkau Allah yg besar”,” Engkau allah yang maha Dahsyat”. Mari biarlah segala sesutu yang kita nyanyikan adalah untuk Tuhan ingat Firmannya : Apapun yang kamu lakukan biarlah kamu lakukan untuk Tuhan”
    Sobat…
    sebenarnya yang terpenting dalam hidup ini adalah bagaimana kita menjadi Terang dalam dunia ini agar nama Tuhan dipermuliakan, ketika pada saat kita memberitakan Firman Tuhan jangan sampai Firman itu ditolak oleh orang,
    sobat…
    Mari kita sama-sama terus Melayani Tuhan…Jadi Terang..

    With love in His service,
    Lena Purba

    • dedi said,

      February 8, 2011 at 6:09 pm

      To All :
      Replay For Lena Purba

      ** Saya sangat setuju dengan pendapat dari sdri lena. Memang tidak ada kata atau cara untuk membatasi seseorang dalam melakukan penyembahan dan pujian. Bagi saya secara pribadi, cara untuk menyenangkan hati Tuhan setiap orang berbeda. Jika mereka melakukannya seraya berada di diskotik atau di caffe” dalam memuji & memuliakan namaNya, itu adalah cara mereka. dan mereka tau apa yang mereka perbuat dalam hal tersebut.

      ** Yang saya mau tegaskan disini, intinya adalah semua orang mempunyai cara tersendiri untuk memuliakan Tuhan. Dan setau saya, Tuhan juga tidak membatasi umatnya dalam menyenangkan hatiNya. Entah dengan cara menyanyi sambil melompat, melambaikan tangan, menenteskan air mata, atau bersujud dilantai itu adalah cara setiap orang. Jika kita bukan penganut kharismatik, yang menyanyikan kidung jemaat, NKB, atau PKJ itu juga adalah cara kita. Jadi biarlah smua menyembah Tuhan sesuai dengan cara mereka masing”. Jika tidak sesuai dengan cara kita, tidak usah ambil pusing.
      Tuhan memberkati.

      Dedi Agus Kristian.

  10. Stefanus Rantetondok said,

    October 15, 2007 at 2:44 am

    Syalom,
    Lagu -lagu KJ, NKB, PKJ, Buku Ende sering dilupakan anak muda, padahal lagu2x ini sudah membuktikan dirinya melewati jaman demi jaman dan diakui sisi lagu maupun syairnya baik secara teologis.

    Yang dinyanyikan/digubah oleh Daud adalah Mazmur, dan Mazmur digunakan oleh Yesus juga untuk bernyanyi….jaman Yesus belum ada lagu Kristen kontemporer yg kadang cuma enak nadanya doank tapi syairnya melenceng…=)

    Hanya karena kadang salah menyanyikan nadanya, seringkali KJ dll dianggap lagu2x “jadul” – kita lupa bahwa kekristenan adalah tradisi yg dibangun dari bapa-bapa gereja dengan pelbagai pengalaman iman….lagu kristen kontemporer boleh dinyanyikan asal tepat secara teologis…

    thanks & syalom
    Stefanus Rantetondok

  11. Azhar said,

    October 20, 2007 at 4:00 am

    I’m back again… There were few pageviews again sent to my blog thru this page. what a crowd! let me scan all recent comments here *scrolling eyes….*

    hmm, this is truly cyberspace and everyone has his/her own rights to shout any comments. so let me say something again at this blog indeed.

    pertama, pemilihan kata populer. ini harus dipikirkan kembali oleh para pembaca. kata Populer merujuk pada terminologi kata yang berarti sedang menunjukkan trend yang menanjak, sedang in, populis alias memihak atau berpegang pada hal yang disukai kaum masyarakat. jadi, alangkah baiknya kalo kata lagu2 rohani “populer” di post ini ditujukan pada makna kata yang ingin disampaikan secara tepat, yaitu “lagu2 rohani kontemporer“. Kata kontemporer disini merujuk pada kondisi “modern, up-to-date, fashionable, present-day, existing, new”, yaitu pada lagu2 rohani yang memang dimaksudkan kontra dengan lagu2 rohani yang umum dinyanyikan. Sebab…. lagu2 rohani yang muncul dengan “old-style” pun ada yang populer di kalangan umat. jadi pemilihan kata yang tepat adalah “kontemporer”.

    sebenernya, kita nggak perlu berdebat panjang a’la kusir mengenai lagu2 rohani. kenapa? karna nanti buntut2nya kita pasti berdebat menyerempet soal denominasi gereja, ajaran dan doktrin, Roh Kudus, bahasa lidah dan karunia2 lain Roh Kudus. at last… malah timbul perpecahan diantara kita. sulit memang, apalagi kalo kita melihat banyak contoh kasus dimana umat saling menyesah, menghakimi, dan mengklaim siapa yang BENAR dan siapa yang SESAT. sebagai contoh adalah kisah penyelenggaraan CCA di Medan yang link-nya saya kasih di komentar pertama saya diatas. So sad! menghakimi lagu2 kontemporer yang umumnya dinyanyikan teman2 dari gereja2 karismatik dengan sebutan lagu2 setan. is it true??? sedih sekali kalo kawan2 dari umat keyakinan lain melihat kita terpecah belah dan menusuk dari belakang hanya karna masalah lagu.

    Tokh, inti Alkitab bukanlah mengenai lagu2 mana yang paling rohani dan lagu mana yang sesat. Inti Alkitab adalah mengenai Allah dan kasih Allah yang diwujudkan dalam PribadiNya yang kelihatan, Tuhan Yesus.

    Jadi, pantaskah kita “saling bacok” hanya gara2 lagu rohani? bila demikian, Kekristenan hanyalah sekedar alat pembunuh dan menghanguskan manusia2 di muka bumi. well, aku harap kita nggak begitu. janganlah kita menjadikan gereja, pemimpin agama dan segala doktrin2nya menjadi “tuhan” kita. karna seringkali kita diindoktrinasi oleh pengalaman para pemimpin agama busuk yang menyesah umat sesama pengikut Tuhan Yesus dari Nazareth, dengan mengatakan umat agama lain itu sesat, masuk neraka, pengikut setan, dsb. kejam sekaleee…

    biarlah kita berpijak semata pada Tuhan Allah dan FirmanNya, bukan karena “kata pendeta gue, gereja anu itu sesat loh karna lagu2nya terlalu rame, pake drum, bass, dan gitar, penyanyinya juga aneh, suka nangis kalo ibadah.”

    so, let me write something “hard” here….
    Kidung Jemaat yang paling benar? Let me tell you this, NO! Tuhanlah yang paling benar. segala sesuatu di bumi ini nggak ada yang benar, kalo memang semuanya benar maka Allah nggak perlu repot2 turun mengambil rupa menjadi Manusia untuk menebus kita. apakah lagu2 rohani kontemporer itu sesat? coba cek kembali beberapa lagu rohani kontemporer cadas dari GMB atau True Worshippers. bukankah liriknya juga sebagian besar diambil dari Kitab Mazmur?! sesatkah Firman Tuhan itu bagimu bila kamu percaya Yesus? Amang Harahap diatas juga sudah mengatakan kalo memang lagu2 rohani kontemporer juga “Alkitabiah” dan ada yang tidak. Ada yang tidak? YES! aku ambil contoh lirik lagu “Biarkanlah Kumenyembah” yang sohor di kalangan pemuda Kristen.

    Biarkanlah kumenyembah,
    walau tak dengan puisi yang indah

    Hehehe, lucu deh kamu! Masa menyembah Tuhan seakan2 kamu dilarang sama Tuhan? Tuhan itu ya welcome bagi siapapun yang mau menyembah Dia dengan hancur hati dan kasih mula2. Nggak perlu dipaksa lagi… Lagian masa “Berpuisi” dijadikan sebagai cara terutama menyembah Tuhan. Di Alkitab mah nggak ada yang memuji dengan berpuisi. Yang ada dengan musik, menari, serta berlompatan & menepuk tangan sebagai bentuk ekspresi sukacita akan Tuhan. Koq kayaknya cara2 ekspresi itu dianggap hina dan rendah dibawah “berpuisi”? Ya nggaklah…

    Makanya, be careful aja kalo milih lagu untuk dinyanyikan. Terutama LIRIK.

    Lirik? Ya, lirik. kayak yang udah aku uraikan diatas kalo banyak lagu2 kontemporer itu menyertakan ayat-ayat dari Alkitab, terutama kitab Mazmur (dan kitab2 lain tentunya). tapi ada juga yang enggak.
    “Enggak” disini maksudnya:
    1. Tidak mengambil lirik dari Alkitab tapi apa yang disampaikan dalam lagu itu TIDAK menyimpang dari content Alkitab. Banyak contohnya (gak mungkin aku sebiutin satu2 disini). Lirik yang dipilih adalah yang disesuaikan dengan target pendengar. Mau mengajak anak2 (ex)berandalan atau yang -maaf- kosakatanya rendah untuk memuji Tuhan dengan kata2 yang serba formal? Ya, bisa aja kamu ditolak karna mereka pasti ngerasa eneg!
    2. Membuat lirik seenak perut. Gak mau berkomentar lebih lanjut deh… Yang jelas kalo kamu dipenuhi Roh Kudus maka kamu bisa membedakan mana lirik/lagu yang berkenan kepada Tuhan dan mana yang tidak (misalnya menghujat TUhan secara terselubung).

    Bagiku, nggak masalah kalo lagu2 rohani itu dinyanyikan dengan musik rock, RnB, hiphop, techno, reggae, punk, bahkan dangdut sekalipun ASALKAN liriknya memuji, memuliakan, dan mengagungkan Tuhan Yesus Kristus PLUS kalo dibawakan dalam ibadah, maka dalam ibadah itupun HARUS MENYAMPAIKAN FIRMAN TUHAN YANG MEMBUAT KITA BERTUMBUH DAN BERAKAR. Bila tidak demikian, maka kita hanya sekedar breakdance, lompat2, senang2 tanpa ada Firman Tuhan yang menegor dosa pribadi.
    Itulah sebabnya kalo aku membagi2kan selebaran undangan KKR Pemuda yang full contemporary music, maka aku bilang ke mereka, “Jangan datang kalo hanya mau senang-senang! Bawa hati yang hancur dan mengasihi. Tuhanlah yang kita puji & sembah, bukan manusia. Kalo cuma mau liat artisnya, JANGAN DATANG!”.

    Ini hanya masalah citarasa bermusik. Apakah musik yang diperdengarkan di sorga itu hanya musik yang kita dengar kebanyakan, yaitu musik yang hanya pake organ dan paduan suara? Aku yakin nggak. Di kitab Wahyu dengan jelas (silahkan cek sendiri) diuraikan kalo puji2an di sorga itu dinaikkan oleh banyak bangsa dari beragam suku, kaum, dan bahasa. Yang berarti keunikan masing2 bangsa akan ditampilkan untuk memuji Tuhan. Kawan2 dari benua Afrika tentu memuji Tuhan dengan musik etniknya yang penuh beat dan nada2 minor. sedangkan orang2 Amerika tentu memuji Tuhan dengan musik pop, blues, jazz, atau hip-hopnya. Yang dari Batak tentunya juga berbeda. Begitu juga yang dari Tanah Arab dengan tetabuhan tablanya dan musik padang pasirnya. WONDERFUL! Dengan demikian tergenapilah bahwa semua bangsa memuji Tuhan.

    Terlepas dari itu semua, Tuhan Yesus kita itu bukanlah Allah yang angkuh, sombong, kaku, dan kejam seperti yang dibayangkan orang pada zaman kegelapan. Ia bukanlah Allah yang apatis. Kalo Ia memang demikian, ya…. Dia nggak rela dong turun dari tahtaNya di sorga untuk sementara waktu untuk menebus manusia2 berdosa (seperti saya)? Ia adalah Allah yang bersahabat dan TIDAK gila hormat. Masa sih kita menyembah Tuhan yang adalah Sahabat kita dengan perasaan takut, kaku, dan ngeri??? Yang bener kita menyembah Dia dengan HORMAT, diliputi kasih, dan sukacita yang berasal dari Allah kita, Roh Kudus.

    Yesus Tuhan adalah Raja, BENAR. Tapi Sang Raja itu nggak meminta penghormatan pura-pura, yaitu menyembah Dia hanya karna rutinitas dan takut dibuang ke neraka. Betapa tertekannya orang2 Kristen kalo Tuhan memang begitu. Kalo saat ini Yesus masih di bumi, Ia akan berteman dan duduk bersama para pelacur, gelandangan, pesakitan, kaum kusta, pokoknya semua deh yang dicampakkan oleh masyarakat/PEMIMPIN AGAMA DI GEREJA-GEREJA BESAR YANG MERASA PALING TAU TENTANG TUHAN PADAHAL HATINYA JAUH DARI TUHAN. Farisi banget!…

    Tuhan tidak mencari orang2 yang angkuh karna suaranya merdu hingga saling sikut untuk masuk paduan suara dan kemudian saling jambak kalo kalah festival. Sok keras nih… Well, ini kenyataan. Di Sumatra Utara ini, tepatnya di Serdang Bedagai pernah ada kejadian begitu. Para ibu anggota paduan suara yang pernah menghakimi konser musik rohani anak muda sebagai konser setan, ternyata tingkah lakunya malah membuat nama Tuhan dipermalukan. Kalah lomba, eh malah saling jambak dan hujat dengan nama2 binatang di DEPAN para hadirin, termasuk BUPATI. Gilaaa….

    So,… kualitas antara lagu2 rohani di kalangan umat nggak perlu dibawa berdebat sengit. Kita nggak bisa memberi stereotip berlebihan dengan saling menghakimi anak Tuhan.

    Tidak berarti bahwa seorang yang menyanyikan lagu2 rohani kontemporer itu sesat dan tidak pula semuanya benar dan berkenan di hadapan Allah. Dan tidak pula orang yang merasa dirinya benar itu adalah benar di mata Allah. Allah tau isi hati manusia dan Ia mencari buah dari setiap pohon. Berbuahkah pohon itu?

    Saat ini… saya memang masih memuji dan menyembah Tuhan dengan musik2 rohani kontemporer yang berisik, melompat2 memuji Tuhan. Tapi bukan berarti selamanya begini, beberapa tahun kedepan mungkin saya akan lebih comfort dengan lagu2 yang lebih cooling down, jazzy, semua yang nggak berisik deh. tergantung sadar diri aja kalo ingat umur. Cuma satu yang aku sesalkan dari masa muda Amang Harahap ini, koq amang waktu muda juga asik dengerin musik penyembahan setan (Led Zeppelin) tapi kalo masuk gereja baru nyanyi pujian kepada Allah. Koq dulu amang dualis gitu ya? Boleh dong dijelasin… hehehehe…. 😀

    Musik rohani kontemporer juga bisa Tuhan pake untuk membawa seseorang yang dulunya tengil menjadi milik kepunyaan Allah. Contohnya nih ada kawan aku yang dulunya eneg sama segala sesuatu tentang kekristenan bahkan pake kalung salib terbalik pula. tapi Tuhan membawa dia untuk dipake menjadi berkat bagi semua, melalui lagu2 rohani kontemporer cadas.
    ada yang bilang kalo anak2 muda pendengar musik rohani kontemporer itu taunya kalo Tuhan itu baik, pemberi berkat, nggak pernah ngasih waktu2 sulit, dll yang berkaitan dgn Teologia Kemakmuran. Well, itu nggak sepenuhnya benar. Justru yang saya lihat dan alami kalo mereka itu jauh lebih “radikal” kalo soal ngasih yang terbaik buat Tuhan. Baik itu waktu, dana, usia bahkan nyawa untuk menyaksikan perbuatan Tuhan yang ajaib bagi dunia ini melalui Pribadi Tuhan Yesus. banyak dari mereka justru tampil sebagai JESUS FREAK dan papan iklannya Tuhan. Begitupun kalo didebat dan ditanyai soal Yesus dan kekristenan oleh orang2 yang belum percaya, mereka justru dimampukan Tuhan lebih dahsyat dan ngena untuk memberitakan Firman Tuhan. So, stop judging…

    Ok… sekian dulu dari aku. maap Willie kalo komentarku kepanjangan. yang aku tau kalo pemilik blog itu juga anak muda yang cinta Tuhan dan merindukan gerakan Oikumenis diantara kita. tapi koq rasanya susah sekali terwujud ya?… 🙂
    But, there’s nothing impossible for Him. kalo waktunya tiba maka itu pasti terjadi. See ye…

    All glory to Lord Jesus Christ alone!….
    For Your glory we stand, o Lord.

  12. lia said,

    October 20, 2007 at 6:03 am

    syalom all
    salam kenal semuanya
    yup saya setuju dengan apa yang dikatakan saudara azhar…never mind…
    yang pasti kita memuji karena gerakan roh Allah yang ada pada kita.
    GBU

  13. freewillie said,

    October 21, 2007 at 10:21 am

    Pertama2 aku ucapkan terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.

    Well, yang jelas aku taruh email dari amang Harahap ini karena di hampir seluruh poin email-nya, aku setuju. Tapi harap diingat di sini, tulisan ini tidak menghakimi atau menyalahkan ‘metode’ atau ‘liturgi’ tertentu. Tulisan ini hanyalah perenungan dari opa-oma kita yang memang merasa ada perubahan dalam sikap beribadah, dan lebih jauh lagi sikap kita yg muda2 ini dalam menghormati hadirat Tuhan.

    Perbedaan kita dalam menyikapi tulisan amang Harahap ini tentu juga berdasarkan cara kita mengenali Allah kita, sebagaimana pengenalan Allah yg benar (ortho-doxia), akan mempengaruhi cara penyembahan kita kepada Allah (ortho-latria) dan juga akan berdampak kepada keseluruhan sikap hidup kita (ortho-praxia).

    Seringkali, dalam usaha mengenali Allah, kita terlalu menaruh porsi yang lebih berat pada satu sisi dan agaknya kurang mempertimbangkan sisi yg lain. Dalam hal ini, kita2 yg muda2 ini agaknya terlalu fokus bahwa ‘Allah adalah cinta / kasih’ saja, dan melupakan bahwa ‘tahta Kristus adalah sungguh menakutkan’.

    Bahwa ‘Allah adalah cinta, baik, dan imanen’ itu memang absolutely benar, tapi ketika kita melupakan kengerian akan betapa kesucian Tuhan Allah, maka kita akan mudah sekali terjebak kepada sikap hati yang seolah2 santai2 saja, tidak ada rasa takut, seolah kita ini layak2 saja untuk bahkan menyebut Dia sebagai Bapa. Tentu tidak boleh demikian.

    Begitu juga dengan beratnya porsi di bagian lain. Penekanan bahwa ‘Allah adalah Allah yg sedemikian Agung, Suci, dan transenden’ hanya akan membawa kita kepada peribadatan fisik dan semu belaka, terpaku kepada kekakuan liturgi, dan hal2 yg mgkn bagi kita yg muda2, kurang semarak & kurang mengekspresikan cinta kita kepada Tuhan Allah.
    (FYI, kami sendiri di Gereja Orthodoks menggunakan liturgi Yohanes Krystosom dari abad ke-4 yg merupakan adaptasi dari liturgi Rasul Yakobus dari Gereja Yerusalem abad ke-1. Jadi bisa bayangkan kan betapa tight-nya liturgi kami? 😀 )

    Nah, aku sendiri (sebagai konservatif yg mendukung oikumenisme) memang sangat mengharapkan adanya keseimbangan antara ekstrim kiri dan kanan ini, sebagaimana Allah sendiri di samping Maha Cinta, Maha Baik, dan imanen, tapi Ia juga adalah Allah yang Maha Adil, Maha Suci, dan transenden.

    Allah yang demikian menurutku tentu menghendaki penyembahan yg berimbang : Penyembahan yang teratur, rendah hati, dan takut akan kesucian hadiratNya, tapi tidak terpaku pada kekakuan tradisi, melainkan juga melakukannya dengan hati yang benar2 menyembahNya dengan tulus, penuh sukacita, tapi tetap dalam kewajaran2 tertentu sebagaimana kita bertemu dengan ‘tokoh’ yang Maha Agung itu.

    Menyembah dengan Roh (Yohanes 4:24) adalah hal yg harus senantiasa kita perjuangkan tiap kali akan menghadapNya, tapi ingat, Tuhan juga menginginkan kita mencintaiNya tidak cukup dengan hati dan jiwa saja, melainkan dengan segenap akal budi kita (Markus 12:30). Jadi dalam hal ini aku sendiri kurang setuju dengan model peribadatan yg sepertinya membuat kita jadi kehilangan kontrol.

    So, aku pikir dari pihak Gereja2 konservatif (Orthodox, Katolik Roma, & Protestan mainstream tradisional) harus selalu berusaha melakukan ‘kontekstualisasi Injil’.
    Aku sendiri sudah mulai senang karena di Surabaya ini, drum dan gitar listrik sudah masuk ke GPIB, GKI, dan bahkan GKJW (Gereja Jawa) walaupun aplikasinya baru pada Persekutuan Pemuda-nya.

    Begitu juga bagi rekan2 dari Gereja2 Karismatik / Pentecostal, ada baiknya menengok sebentar ke ‘sejarah’ dan juga mulai memikirkan aspek2 teologis dari liturgi. Ini karena dari banyak (catat kata ‘banyak’ ini) teman2ku dari Gereja2 karismatik, ternyata kurang mengetahui bahkan doktrin2 dasar dari kekristenan bila dibandingkan dengan teman2 dari kalangan konservatif yg dijejali terus dengan makna2 teologis dari liturgi.

    Well, entahlah.. mungkin cuma aku yg bermimpi.. tapi aku sendiri sangat mengharapkan persatuan seluruh Gereja Tuhan, termasuk juga mungkin tentang masalah liturgi ini. Satu pihak harus lebih mengendor dan pihak lain harus lebih tight.

    Sampai mati, aku akan berdoa bagi kesatuan ini. Bukan hanya persatuan di mulut, namun persatuan dalam arti sesungguhnya di bawah 1 Gembala sebagaimana yg Tuhan Yesus sendiri kehendaki dalam Yohanes 17.

    Thanks.

  14. RESKA ERSIA HADI said,

    November 7, 2007 at 6:57 am

    Tuhan ngasih aku bakt..so aku jg ingin berikan yang terbaik buat Gusti Yesus….aku nyincatiin lagu kira2 16 lagu… baru 1 lagu yang aku rekam dijogja.semua karena Tuhan…meski baru garap 1 lagu…aku percaya Tuhan buka jalan.buat teman2 dukung doakan aku ya…..bila ada hambaNya yang berminat mau ngedengerin karya Tuhan lewat aku….silahkan hub.085640980722.(ezra)karena aku juga slalu dukung….lagu rohani kita nggak akan bakal kalah ama yang lain.amin

  15. deedee said,

    January 4, 2008 at 8:28 am

    yaaa…kalo mnurut gua seh…mo nyanyi- nyanyi sey muji Tuhan itu musti n bagus banget…Tuhan gituuu…emang musti kita tinggiin pake lagu lagu gitu. tapi ya kaga usah lebay pake jungkir balik bo… body languagenya dijaga donk, kan tujuannya buat Tuhan jd musti bener. kalo nurut gw lg yg penting nyanyian itu sakral dan indah… oke anak anak Yesus???!!!

  16. zainudin said,

    January 11, 2008 at 8:46 am

    Aku kira ada download lagu mp3 gratis. Tolong donk kalo ada yang tau tempat download lagu2 nya Hosana Singers, email ke zaunidin.dari@banten.net ya.

    Btw, nice article…

  17. yusni simarmata said,

    January 17, 2008 at 2:43 am

    Salam Damai Kristus…!!!!
    Terkadang anak muda masa kini merasa lagu-lagu dari KJ ,NKB atau buku ende sudah gak zamannya dan menganggap lagu-lagunya membosankan….padahal setiap UmatNya bernyanyi untuk memuliakan namaNya dan menyatakan kebesaranNya…yang sebenarnya inti dari semua yang kita lakukan termasuk bernyanyi adalah untuk KEMULIAAN PENYELAMAT KITA..JESUS CHRIST…So, arahkanlah hati yang tertuju kepada YESUS…all4JC

  18. Efrata damanik said,

    February 21, 2008 at 9:33 am

    Syalom….
    Puji Nam4 Tuhan

  19. March 1, 2008 at 11:39 am

    Menurut saya agama itu sama saja tujuannya,hanya karena dengan jalannya yang berbeda orang-orang yang tidak mengeri menganggapnya berbeda. kita tidak tahu,dan kita tidak boleh berpendapat bahwa orang itu farisi atau tidak,karena kepercayaan yang dianut oleh manusia sangat beragam,mungkin saja yang mereka anut berbeda dengan kepercayaan yang kita anut,jadi dengan perbedaan ini kita tidak bisa menyepelekan kepercayaan yang dianut oleh orang lain.karena itu adalah kepercayaan yang mereka anut.

    cukup sekian dari saya………….

    alleluya puji Tuhan………….
    Amin!!!

  20. Mirabella Purba said,

    March 12, 2008 at 2:20 am

    Tolong donk kirimin lagu-lagu Rohani ke e-mail aku….. Yang terbaru donk…

  21. Joy Manalu said,

    March 13, 2008 at 12:30 am

    Saloooooooooooooooooooom. Hi teman-teman. klo ada yang punya mp3 lagu rohani, saya mau donk. God Bless You All

  22. maya butar butar said,

    March 25, 2008 at 3:58 am

    horas amang boru…,

    saya baru baca surat amangboru..,
    memang buat kami anak muda lagu-lagu rohani yang energik lebih menarik, dan saya setuju dengan pendapat amangboru kalo Tuhan kita bukan Tuhan yang butuh pujian…, Tuhan yang sipanggaron.., Tuhan lebih suka jika kita memuji Nya dengan hati yang tulus.., denagn sikap, perilaku dan tindakan kita yang menunjukkkan kal kita ini adalah anak-anakNya, meskipun tanpa lagu yang “gedumbrangan”…, dan buat saya lagu dari NKB,Kidung Jemaat, Buku Ende dan PKJ.., lebig gampang untuk di cerna.

  23. rima said,

    April 29, 2008 at 1:00 am

    salam knel bwt smwnya
    selamat melayani dan majuu trus dealan Tuhan
    w seneng bgd hidup melayan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari w
    begitu banyak pangalam hiudup yang begitu indah yang w dapat selama w hidup bersama Tuhan

  24. EVA ORYSA MALAU said,

    May 2, 2008 at 4:09 am

    UMUR SAYA 22 TAHUN,,,SAYA SANGAT MENCINTAI HKBP…SAYA MENCINTAI BAHASA BATAK…SAYA MENCINTAI LAGU BUKU ENDE..SAYA MENCINTAI SEMUA HAL YANG ORANGTUA SAYA ARAHKAN..KETIKA DIA MEMBAWAKU KE DALAM BAPTISAN SEWAKTU AKU KECIL DAN MENYERAKKAN AKU KE DALAM HKBP. AKU MENCINTAI SELURUH ASAL MULA KELUARGAKU YANG DEMUA BERASAL DARI HKBP. AKU TIDAK MALU MENGATAKAN INI DI USIA KU, SIPERGAULANKU,DI LINGKUNGANKU YANG HETEROGEN DOMINASI GEREJA. PETANYAAN NYA: SAYA BISA BERNYANYI LAGU YANG ROHANI2 SEKALI,,TAPI SAYA BISA JUGA BERNYANYI BUKU ENDE BAHASA BATAK…BISA KAH ANDA WAHAI MUDA2MUDI BERDARAH BATAK…JANGAN LUPA KAN ASAL USULMU…HORAS

  25. Bowo said,

    June 14, 2008 at 7:31 am

    (suara hati musisi ibadah kontemporer)…
    apa toh salahnya memuji Tuhan dengan lagu-lagu kontemporer.. apa pula salahnya kalo kita memuji Tuhan sampai kita “fly”.. ?? apa salahnya kalau kita ‘kecanduan memuji Tuhan’???
    terus terang saya gak cocok sama Ibadah yang memakai KJ, dsb.. karena emang dari sononya saya gak suka lagu-lagunya.. toh kalau dipaksakan itu akan jadi ibadah buta??? karena toh saya gak akan menikmatinya.. alias saya sabar-sabarin aja demi dapat pahala.. sungguh dangkal sekali..
    apa sih bedanya.. lagu-lagu di KJ toh juga buatan manusia..
    ingat saja.. musik itu dibuat untuk membangkitkan mood, memberi penekanan lebih ke maksud yang ingin disampaikan.. bukan lagunya yang sakral, tapi maksudnya lah yang terpenting.. sungguh disayangkan banyak pendeta yang pemikirannya terlalu tertutup dan menghakimi Ibadah jemaat lain.. ujung2nya karena takut kehilangan jemaat dan order kebaktian.. memalukan!!!!
    kalau anda konservatif dan merasa lagu2 di KJ udah cukup buat anda dekat sama Tuhan, ya sudah.. it’s not my business, silakan menyanyikannya..
    tapi buat saya lagu2 itu lebih mirip mantra daripada lagu.. baru dengan musik kontemporer saya bisa merasakan keindahan Tuhan, kalau Tuhan itu tidak kaku, Tuhan tidak ketinggalan jaman, dan Tuhan tetap mengasihi kita semua!!!

  26. freewillie said,

    June 14, 2008 at 9:31 am

    @Bowo,

    Yup, dan komentar di atas saya inilah yg dengan jelas memberitahukan kepada saya tentang definisi: “gagal memahami konteks dari sebuah teks (i.e. surat amang Harahap ini)”..

    Anyway, berbicara mengenai “menghakimi”, sebenarnya justru andalah yg telah menghakimi orang2 yg anda sebut “menghakimi ibadah jemaat lain”. Posisiku di sini adalah untuk refleksi sikap hormat kepada Allah, dan sudah aku jelaskan di komentar ke-13 yg aku tulis, kita perlu keseimbangan dalam memandang Allah yg imanen tapi juga transenden, terhadap Allah yg kasih tapi juga suuuccciiii. Dan saya rasa anda gagal dalam menyeimbangkan kedua hal tersebut.

    Lagipula, kalau anda baru bisa merasakan kuasa Allah dalam dentuman2 musik, apa ini anda tidak akan bisa menemukan hadirat Allah tanpa musik? Well.. ini adalah klaim yg kurang cerdas menurut saya, karena Kristus berjanji akan menyertai kita sampai kepada akhir jaman, dan bukan karena adanya musik bersemangat, musik yg lembut, atau bahkan tiadanya musik. Jangan jadikan pengalaman emosi kamu sebagai dasar sesuatu itu memiliki nilai kebenaran atau bukan, karena kalau begitu, apa bedanya anda dengan rekan2 sahabat muslim yg menangis menjadi2 pada acara istighosah?

    Dan alih2 membuat saya respek kepada anda yg musisi ibadah kontemporer, sebutan anda terhadap lirik2 KJ sebagai mantra adalah hal yg sangat tidak dewasa karena lirik2 KJ adalah lirik2 yg berwibawa dan memiliki dasar biblis yg kuat dalam mengagungkan Allah. Sayang sekali, warisan musikal yg berharga dari bapak2 leluhur yg mewariskan iman Kristen, iman yg mulia, kepada kita ternyata dinilai begitu rendah oleh generasi yg menyebut dirinya ‘kontemporer’..

    “..Faith of our fathers, holy faith! We will be true to thee till death..”

  27. Bowo said,

    June 16, 2008 at 8:50 am

    ok, memang ‘surat’ dari Amang Harahap ini mendidik kita untuk iman yang gak sekedar emosional/sesaat/ajaib.. dalam beberapa hal pun saya sebenarnya setuju dengan beliau..
    tapi menurut saya terlalu dini untuk menyamakan pujian-pujian kami dengan duniawi lainnya.. kami pun sama dengan umat konvensional tujuan kami hanya memuji Allah.. apa benar Allah itu bukan “Sipanggaron” (bahasa batak ya?) berapa kali sih kata “Pujilah Tuhan,Allahmu!” disebutkan dalam alkitab?
    saya rasa saya mulai mengerti letak ketidakcocokan anda akan pujian kami..
    tentang Allah yang kasih namun suci.. tentang ekstrim kiri-kanan itu.. kami pun merasa takut akan Allah, tentu saja, tidak mungkin kami menaikkan pujian yang asal-asalan dan tidak sepatutnya..
    lalu bagaimanakah pula keseimbangan antara Allah yang imanen dan transenden itu??
    siapa yang berhak menentukan keseimbangannya? Allah memang “mengasihi”, namun juga “menakutkan”, itu kami juga tahu..
    tapi tolong ingat bagaimana ini kami bisa muncul.. kami hanya berperan untuk mengingatkan.. “hei teman2 Kristiani, Allah juga punya sisi yang “ini” “…
    maaf bung, keseimbangan menurut anda mungkin bukan keseimbangan menurut kami..
    lalu apakah cukup menurut anda untuk menjaga “kesakralan” Allah dengan liturgi-liturgi dan lagu-lagu yang lebih “kaku”? adakah sedikitpun lirik lagu kami yang merendahkan Allah..? atau nada2 yang sedikit lebih “pop” merendahkan Allah??

    kami pun tentu berusaha senantiasa merasakan kehadiran Allah tanpa perlu ada musik.. jika anda sedang berdua dengan pacar anda dan mendengar lagu romantis yang sangat anda berdua sukai, apa yang anda berdua rasakan? lalu kalau lagunya tiba2 berhenti, apakah anda akan berbalik membenci dan melupakan pacar anda itu?
    ok sori kalau saya menghakimi, tapi pendeta yang seperti itu memang ada, sori udah terlalu menggeneralisir..

    saya tidak bilang pernah KJ=mantra, saya bilang, menurut saya lagu2 KJ lebih mirip mantra ketimbang lagu.. karena toh menurut saya sebagian lagu2 itu sudah tidak cukup ‘musikal’ untuk masa sekarang..
    saya tentu tak meragukan dasar biblis/lirik KJ ataupun iman dan jasa para pembuatnya..
    menurut anda, apakah lagu-lagu kita harus berhenti sampai di KJ? seingat saya di KJ pun ada lagu yang nadanya mencontek dari lagu2 yang top di era 50-70an dulu..

    thanks

  28. Ria Aritonang said,

    July 1, 2008 at 9:10 am

    Salam Damai!!!!!

    Hi All mari kita memuji nama Tuhan dgn hati yang tulus & memberikan yang terbaik dgn pujian, sebagai orang batak kalau aku sich setuju aja dgn Buku Ende, KJ, kontemporer, dll yang memuji Tuhan, napa kita ga bisa terima semuanya lagu2 apapun yang memuji Nama Tuhan Yesus. Mari kita saling menerima & saling mengasihi, jangan jadi ribut2 dah krna cara ibadahnya or lagu2 pujian dech… ok itu dulu

    S@l@m D@mai!!!!!!!!

  29. July 5, 2008 at 3:48 am

    Men orang batak gw ikutan comment yak… ^^
    Shallom saudaraku. ^^
    Banyak orang sekarang ini kadang menghakimi saudaranya sendiri dalam hal beribadah kepada Tuhan terlebih dalam hal puji2an. Banyak yg bilang musik gereja2 Kharismatik membangkitkan semangat! ada pun bilang sesat! Ada yg bilang lagu dari KJ or NKB basi! lemes! letoy! tapi ada yg bilang ini cara yg benar!
    Aku mau tanya orang yg disamping Yesus saat DIA disalibkan yg Tuhan janjikan bahwa dia akan bersama-sama dengan Tuhan di Firdaus masuk mana ya kira2? Surga atau Neraka? Kalo aku si yakin dia masuk Surga bro! Yang aku mau tanyakan apakah ada dia sempat memuji Tuhan dulu dengan musik? atau adakah dia menyanyikan KJ no. 284 atau lagu2 dari True Worshippers? Ga tuh! tapi toh dia tetap masuk Surga! Bener ga?

    Boleh kita bilang nyanyi KJ lebih meresap dari pd lagu2 rohani pop di gereja2 kharismatik, tapi ntar dulu men, Gw dulu pernah ikut kebaktian di suatu gereja adat, okey kita nyanyi KJ atau yg dalam bahasa daerah dengan meresapi dengan semangat tapi setelah itu men, bapak2 sintua and pendeta merokok men bahkan pemudanya merokok diruang ibadah saat ibadah sedang berlangsung! Gw kecewa! Okey kita bilang ga semua gereja kayak gitu, tapi itu bukti lagu KJ ga membuat orang hidup benar!

    Lagu2 Tw, Hillsong, Israel and other bikin kita semangat, bebas merasakan hadirat Tuhan tanpa kekangan, okey it’s good, tapi ada gw pernah melihat teman gw setelah ibadah merokok di mall bawah gereja, bahkan ada yg hidupnya malah ga bener dengan pergaulan bebas! Kasus yg sama. Gw kecewa! Okey kita bilang ga semua gereja kayak gitu, tapi itu bukti lagu2 kahrismatik ga membuat orang hidup benar!

    Yang gw mau coba sampaikan disini bahwa banyak orang menetapkan dan hidup menurut aturan2, cara2, system2 dan doktrin2 tentang hidup Kristen yg menurut mereka masing2 adalah benar. Padahal ada hal yg lebih penting daripada itu semua! yaitu hatinya Tuhan! kalo lo menangin hati Tuhan lo gw yakin lo ga butuh cara, system, doktrin dan aturan atau apalah namanya. Pria yg disalib bersama Tuhan memenangkan hatinya Tuhan dengan “pujian tanpa nyanyian”. Dia memuji Tuhan dengan yakin berkata bahwa Yesus itu Tuhan dan dia memohon agar Yesus mengingatnya diakhirat nanti! Men pujian yg indah sekali bukan? Ga perlu lagu rock dengan distorsi men, atau lagu no berapa dihalaman berapa… dengan paduan suara dan harmonisasi!
    Contoh lain adalah Henokh dan Abraham.

    Sekarang kalo lo mau memuji dengan cara yg benar nyanyiin tuh Mazmur2 Daud pake kecapi. Hahahaha gw yakin lo pasti pada boring and bete denger lagu yg ga lo ngerti and pahamin!

    Sudahlah buat apa si kita bertengkar tentang hal sepele kaya begini? mendingan kita berlomba2 aja menangin hati Tuhan kita…

    For your info Gw yg menulis adalah Singer di salah satu Gereja Kharismatik di Jakarta, maen gitar juga dikelompok kecil dan gw menganggap beberapa lagu2 KJ juga amazing! Pujian2 yg hebat! jika dinyanyikan dengan Sungguh2 untuk Tuhan!

    Gw harapin kritik and sanggahan ya utk semua yg baca. kirim ke email gw atau message di friendster.

    Bapa berkati. ^^

  30. mia said,

    August 6, 2008 at 2:15 am

    pliZZ donk krim kata2 yang membangun k emailku cos skrg nec aq sngat membtuhkan itu GBU

  31. mia said,

    August 6, 2008 at 2:19 am

    btw kita ble curhat gak???

  32. fera said,

    August 23, 2008 at 10:56 pm

    Heran napa juga pada ribut, mending diam, berdoa tanyakan pada Tuhan mana yg Dia suka…

  33. Elkan Lumbantobing - O.Sumurung No. XVIII said,

    September 13, 2008 at 1:31 am

    Horas Amang Harahap.
    Saya sebagai orang batak sangat setuju dengan semua pesan amang kepada BORUNYA Amang, bahwa isi Buku ENDE tidak kalah & tidak ketinggalan dengan lagu2 rohani kontemporer; misalnya. Buku Ende No. 353 dan 539 yang kalau diresapi semua orang batak (baik dia sebagai jemaat HKBP dan non HKBP) pasti mereka akan suka menggali apa sebenarnya yang tersirat dan pesan yang diinginkan setiap kata kalimat dan bait yang ada dalam Buku Ende tsb. ( kami anggota GKI ), tapi dalam hidup saya, saya tidak pernah meninggalkan lagu-lagu yang terdapat dalam Buku Ende begitu juga terhadap kedua anak-anak kami, tetap kami ajarkan isi Buku Ende. Memang benar banyak orang batak jaman sekarang bukan hanya yang muda (naposo), susah disadarkan untuk senantiasa mencintai isi Buku Ende dengan alasan “TIDAK MENGERTI BAHASA BATAK”. Jadi permasalahannya hanya itu saja, Soal seseorang mau ke gereja dengan menggunakan lagu2 rohani Kontemporer, BE, KJ, PKJ NKB, PBSR dlsb biarlah masing2 pribadi yang menentukannya, tentu mereka tetap harus mengerti bagaimana selayaknya cara bernyanyi dan menyembah untuk memuji Tuhan dan bagi kita semua yang sudah mengerti dan menghayati isi Buku Ende jangan khawatir, Buku Ende tidak akan punah, tetapi sebaliknya Buku Ende akan tetap berkumandang bukan hanya di tanah Batak tetapi juga di senatero bumi ini, karena itu juga adalah bagian pesan dan tohonan dari Tuhan kita Yesus Kristus. Amen

    Jakarta, 13 September 2008.

  34. lely ratna said,

    October 28, 2008 at 6:08 am

    cara downdload lagu gimana sih kak lely kagak tahu ajarin dong balas aja ke fs lely ya sekalian lagu-lagunya soalnya lely susah baget downloadnya tolong ya kakak2

  35. Purwanto said,

    November 21, 2008 at 5:54 pm

    Syalom all..aku minta lagu” rohani masa skrg donk ma saudara” ku yg trksh dlm Tuhan ..okey..thank’s GBU all

  36. wei said,

    November 27, 2008 at 6:02 am

    syalom to all my friends,aku minta dong lagu2nya hillsong yang baru n lagu2nya boby one way yang terbaru.kapan ada kkr lagi dijogja?????
    see u n Gbu

  37. horas bah kek kok said,

    February 5, 2009 at 12:00 am

    pusing gua liat tulisan gaya batak .. horas borakx

  38. vian said,

    February 7, 2009 at 6:56 am

    Klo menurut gue sih gak ada salahnya kita dengar/memuji Tuhan dengan lagu kontemporer, toh sama saja liriknya dengan lagu-lagu kidung jemaat.
    Selain itu banyak juga kok musisi rohani sekarang yang hidupnya benar2 menjadi berkat lewat lagu2nya, sebut saja Sydney Mohede, Franky Sihombing, Bobby “One Way”, Darlene Zscech dan masih banyak lagi.
    Gue sendiri senang sama lagu ky Shout To The Lord, Everyday, Take It All, He Leadeth Me , Just As I Am dll. Alasan lainnya yaitu kenapa sih kita harus membatasi untuk memuji Tuhan hanya dengan satu jenis musik saja? Memangnya hanya musisi sekuler saja yang boleh untuk menggunakan genre musik tertentu (yang notabene populer dan disukai banyak orang/anak muda, spt musik Rock) ? Apa Tuhan gak pantas dipuji dengan musik yg demikian ?

    Selain hal diatas saya juga tidak setuju jika ada anak muda/remaja yang maunya hanya mendengar lagu2 rohani yg kontemporer saji kia tanpa mau menghargai lagu2 yang ada di kidung jemaat, NKB ataupun lagu2 Hymne lainnya. Sikap yg harusnya kita ambil adalah dengan tetap memandang bahwa musik adalah juga anugrah Tuhan dan tetap dapat dipakai memuji Tuhan tanpa melihat genre musiknya (selama liriknya tidak berisi kata2 yg tidak membangun, atau kata2 hujatan) ^_^

    GBU

  39. El Bram Apriyanto said,

    March 4, 2009 at 5:20 am

    Musik sejak awalnya memang diciptakan untuk memuji Tuhan. Saya rasa apapun alirannya, bagaimana pun beat-nya, seperti apapun liriknya, selama masih dibuat oleh penulisnya dalam kesadaran penuh akan kerinduan untuk memuliakaan Allah. Itu oke-oke saja. Horas ma di hita! God bless ypu all.

  40. Rosleany Damanik said,

    March 31, 2009 at 2:26 am

    Puji Tuhan!
    Tiada hari tanpa firman Tuhan.
    Saya senang dengan artikel yang disampaikan Pak Harahap, karena anak-anak jaman sekarang sering menganggap kelompok orangtuanya dianggap jadul (Jaman Dulu) seolah-olah kaluarsa.
    Saya pribadi kalau bernyanyi lagu-lagu Haleluya namanya karena kami orang Simalungun. “SAI JOLOM HAM TANGANKU” atau “PITAH JESUS HUBAEN HASOMANKU, IA DO NAPASONANGKON AHU” DST lebih merasap dan memberi penguatan bathin didalam hidup ini dan sungguh terasa bahwa kita betul-betul dibawah naungan sayap Tuhan.
    Karena Alkitab mengatakan kalau Tuhan di pihak kita dstnya.
    DAMAI SEJAHTERA DISEPANJANG HIDUP KITA. AMIN.
    TUHAN MEMBERKATI, TETAP MEMUJI TUHAN SETIAP SAAT. HALELUYA

  41. Rosleany Damanik said,

    March 31, 2009 at 2:28 am

    Puji Tuhan!
    Tiada hari tanpa firman Tuhan.
    Saya senang dengan artikel yang disampaikan Pak Harahap, karena anak-anak jaman sekarang sering menganggap kelompok orangtuanya dianggap jadul (Jaman Dulu) seolah-olah kadaluarsa.
    Saya pribadi kalau bernyanyi lagu-lagu Haleluya namanya karena kami orang Simalungun. “SAI JOLOM HAM TANGANKU” atau “PITAH JESUS HUBAEN HASOMANKU, IA DO NAPASONANGKON AHU” DST lebih merasap dan memberi penguatan bathin didalam hidup ini dan sungguh terasa bahwa kita betul-betul dibawah naungan sayap Tuhan.
    Karena Alkitab mengatakan kalau Tuhan di pihak kita dstnya.
    DAMAI SEJAHTERA DISEPANJANG HIDUP KITA. AMIN.
    TUHAN MEMBERKATI, TETAP MEMUJI TUHAN SETIAP SAAT. HALELUYA

  42. andrie said,

    May 5, 2009 at 3:48 am

    Salam kenal buat teman2 yang udah lama di blog ini. aku senang memperoleh info tentang lagu-lagu alternatif ini. (Oya perkenalan dari saya, nama saya andrie, salah satu pemuda GKJW jemaat ngoro).
    Mengenai tentang lagu-lagu pujian atau nyanyian pujian yang di nyanyikan dalam ibadah memang tidak ada salahnya, asalkan nyanyian itu benar dan tertuju kepada Allah yang empunya Segalanya. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah:
    1. (mungkin) Gereja2 yang merupakan denominasi2 dari suku pasti punya sebuah tata upacara atau tata ibadah yang unik sesuai dengan daerahnya,
    2. Gereja2 protestan denominasi pasti punya sebuah badan atau lembaga yang mengontrol setiap gereja jemaat ( Sinode ). Peran dari Sinode ini adalah membuat sebuah undang2 dasar yang mangatur dan mengikat jemaat, sehingga di bentuklah sebuah peraturan dalam bentuk buku,
    3. di dalam buku yang telah dibuat oleh Sinode, itu berdasarkan pergumulan yang pandjang dan penuh dengan perjuangan. Tentu dong, para pendahulu atau kakek buyut kita yang telah pertama menerima Injil dari bangsa Eropa tentu tahu bagaimana cara penginjilan yang dilakukan oleh para penginjil. Jadi kita tentu tidak boleh meninggalkan sejarah.
    4. lagu-lagu pujian yang diberikan oleh Sinode, tentu mengacu sedikit akan hal no 3 tadi. sehingga oleh Sinode menetapkan lagu2 yang merupakan lagu2 asli dari jemaat setempat atau lagu2 dari Gereja2 yang di denominasi tadi. Misalnya, GKJW yang menjadi nyanyian gerejawi adalah nyanyian berbahasa Jawa, Kidung Jemaat. dan lagu2 rohani lainnya itu sebagai pendukung.

    5. Kita adalah harapan bagi para tokoh2 gereja yang harus menjawab tantangan di jaman sekarang. Terserah kita mau di kemanakan masa depan Gereja atau jemaat kita? atau kah kita kembali terkungkung dalam suatu kotak budaya atau kah kita hanya bisa meninggalkan sejarah asal mula dari berdirinya gereja kita karena sesuatu yang baru yang baru kita rasakan semuanya itu adalah sebuah kemenangan yang besar?

    HAi pemuda-pemudi……… jangan lah takut karna engkau muda……..
    Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua.. tks.

    Trima Kasih ya…..

  43. jonarto said,

    May 22, 2009 at 2:41 am

    saya mau iukut doa sepuluh malam krna di doa sepuluh malam kita bisa merasakn muzizat terbesar

  44. jonarto said,

    May 22, 2009 at 2:43 am

    saya mau ikut doa sepuluh malam krna di doa sepuluh malam kita bisa merasakn muzijat terbesar.

    ayo kita smua yang gereja nya di karismatik ikut doa dong …..
    biar kita semua bisa meraskan muzijat tuhan …

    trims

  45. kevin said,

    October 21, 2009 at 5:16 am

    Tuhan, Engkau baik, sangat baik.
    Berikan kami hikmat untuk saling mengasihi

  46. ruli said,

    February 20, 2010 at 1:17 am

    Sori gw telat baca neh blog, bnyak jg comentnya ya, ok, to the point, guess what, berapa kali gw gabung di ibadah raya oikumene (gabungan greja2 se kabupaten), waktu praise n worship dgn kj koq gw ga ngerasain apa2 ? Nothing change, tapi kalo ibadah raya di greja t4 gw biasa ibadah, waktu worship tuh kerasa bgt, sampe bnyk yg nangis menyembah Tuhan, dgn iringan full band, menurut gw, Tuhan kita Tuhan yg kreatif pencipta sgalanya termasuk musik, Buku ende bagus, kj pun bagus, Dan lagu rohani kontemporer pun bgs, selama sifatnya membangun dan memberkati.

  47. dedi said,

    February 8, 2011 at 6:42 pm

    Syallom…
    wekekekekeke,, tertawa dolo gan. =))

    Hmmm,, saudaraku. apapun coment yang ada disini, setelah saya membaca smua coment kalian. Saya cuma berkata salutlah sama kalian smua, karena kalian sudah dewasa dan rohanian bangetzzz…

    Tapi, saya mau kasih satu statement untuk smua saudara/ saudariku.
    Pujilah Tuhan dengan segenap hati dengan cara kita sendiri.
    Tidak usah saling nuduh, atau saling “care” dengan cara orang.
    kalo dia mau jungkir balik, salto-saltoan, atau apalah kan, itu terserah mereka. Yang penting smua yang kita lakukan baik dari aliran slow maupun sampe ke pantecostal atau katholik tidak menyimpang dari FirmanNya.

    JUST IT..
    Tertawa lagi… wakakakaka… =))
    Gbu

  48. gayatri said,

    March 9, 2011 at 8:09 am

    lagu indah

  49. Hendri said,

    March 19, 2011 at 9:33 am

    bagus artikelnya, hehe GBU kunjungin blog saya juga yagh teman2 di http://www.sharinghidup.blogspot.com THX

  50. April 20, 2011 at 1:25 am

    aQ pengen bangat memuji nama TUHAN YESUS lewat lagu2 yg aQ bawakan.,.,.
    tapi aQ gk tau gmn caranya mengembangin bakat itu.,.,.
    ada yg bisa bantu gk.,.,
    makasih
    syalom.,.,.

  51. si abang said,

    January 4, 2012 at 1:24 am

    Syalom

    Analogi yang sangat bagus, memang masing-2 cara pengajaran memiliki “sejarah” nya masing-2, bagi saya yang konservatif saya mendukung opini bahwa musik gereja itu beda dengan musik rohani, asal isinya syair untuk memuji dan menyembah Tuhan , maka lagu tersebut sudah dapat digolongkan sebagai lagu rohani, Tapi lagu gereja ? hmm menurut saya ada kalisifikasi khusus, syair yang terdapat di dalamnya, ajaran yang terkandung di dalam syair maupun notasinya.
    lagu rohani sendiri memiliki berbagai kelas ( menurut saya ) :

    1. lagu rohani biasa
    2. lagu rohani yang berisi ajaran ( biasanya terdapat di lagu-2 konserfatif )
    3. lagu rohani untuk kebaktian ( nah ini yg sering di perdebatkan)

    mari kita bahas lagu muliakanlah yg sering kita gunakan saat natal, lagu itu terlihat sangat membosankan di telinga, tapi coba kita kupas, syairnya hmmm indah bukan, kemudian notasinya, pada saat kalimat manusia, maka nada yg digunakan adalah nada rendah, pada saat syair Tuhan Allah, Maha tinggi, maka nada yg digunakan nada tinggi dan keras ( loudy ),

    nah ini kerinduan saya bagi para penyanyi dan pencipta musik,, jangan hanya syair dan nada mendayu2 saja, tapi notasi harus juga menunjukkan siapa Tuhan itu.sebesar apa Tuhan itu.

    Bagi saya yg terbaik tetap akan bertahan selama ratusan tahun ( terbukti ) , lagu duniawi yg sering kita dengar juga adalah lagu yg sangat terpengaruh musik kristen, so jangan salah, jangan sampai Gereja yang mengikuti Dunia, tapi dunia yang mengikuti Gereja ( Tuhan )

    Semoga kita dapat membedakan, lagu rohani biasa dan lagu kebaktian, jangan sampai lagu yg indah dan padat berisi hilang oleh lagu rohani yg romantis, yg justru minus ajaran didalamnya, karena Dia Tuhan,. bukan kita yg jadi tuhan, harus jelas siapa yg menyembah, siapa yg disembah, siapa yg mengatur, siapa yg diatur, Tuhan bukan sesuatu yg kita ciptakan menurut versi kita, Dia bersifat Mutlak.

    coba kita teaal lagu rohani biasa maka kita akan mendapati banyak sekali kata “Aku”. tapi lagu rohani yg yg lebih baik, akan berisi banyak kata “Engkau” ( Tuhan )

    ini adalaah kenyataan, dimana kepribadian dan pengajaran kekristenan sudah bergeser, saat ini bagi sebagian orang, Tuhan adalah oknum mahakuasa yg bisa diatur, dibujuk dengan lagu, penyembahan,persembahan, perpuluhan dan pujian, saya katakan Tuhan tidak membutuhkan itu

    Kita yang selalu butuh Tuhan dalam kehidupan kita, Dia yg harus menjadi center (pusat) dari semua kekuatan dan kehidupan kita.

    Kita diselamatkan bukan karena apa yg kita lakukan terhadap Tuhan, tetapi karena apa yg Dia lakukan terhadap kita, ini ajaran paling dasar tentang kekristenan, ini yang Dia lakukan 2000 tahun yang lalu, kalau kita tidak mengerti ini, lantas buat apa Dia datang? percuma saja, karena kita masih berfikir kalau Tuhan bisa disogok dengan cara kita, sehingga kita tidak perlu memikul salib kita, he he he he

    Jadi dari semua lagu itu, waspadalah, selidiki hati kita masing-2, sudah benarkah pengertian kita tentang Kristus, tentang keselamatan, tentang berkat, tentang kasih karunia?

    kalau belum ya gak bakal nyambung, mari kita selidiki hati kita masing-2, apakah Tuhan yang memerlukan pelayanan saya? atau saya perlu Tuhan dalam hidup saya.

    Dia butuh kita ? atau kita yang membutuhkan Dia?

  52. nciho said,

    June 1, 2015 at 4:47 am

    Nciho jackson tinambunan
    Dia Alfa dan Omega
    Yesus Kristus adalah Allah yg kasih adanya……
    percaya sajalah,maka jadilah sesuai iman kita masing-masing.
    saat susah dan senang,muliakanlah Dia.berbuatlah baik dan kasih terhadap sesama,dg itu kita sudah berbuat kepadaNya……..
    salam kasih…..
    Tuhan Yesus Memberkati….

  53. September 3, 2015 at 11:51 am

    lagu rohani baik pop maupun konvensional sebaiknya berakar pada HARMONI bukan sebatas ritmik/beat/ritme yang menggoncangkan badan dan berjingkrak-jingkrak, bukan pula pada melodi yg mempengaruhi sebatas jiwa yg bisa membuat orang collaps tetapi terhadap harmoni yang menyentuh roh orang yang mendengarkan. roh yg dipimpin oleh Roh Kudus, karena kita harus menyembah dalam Roh dan Kebenaran (Yoh 4:14). mungkin itu pendapat saya.

  54. petrick said,

    February 9, 2016 at 4:14 am

    @mulia silalahi & carlo Silalahi. Saya juga seperti anda dulu senang mengkritisi dan senang mencari kelemahan dari gereja lain, tata ibadahnya sampai lagu2nya tapi itu waktu saya masih di gereja lama. Namun sekarang digereja yg baru ini saya sangat menikmati lagu-lagu pujian buat Tuhan karena Dia sebagai Bapa buat kita yang harus kita ekspresikan dengan kegembiraan lagu pujian dan tatanan pribadi untuk Tuhan dengan gaya dan penampilan yang sopan.

  55. June 5, 2016 at 7:25 am

    Thank you for sharing superb informations. Your site is so cool. I am impressed by the details that you’ve on this site. It reveals how nicely you perceive this subject. Bookmarked this website page, will come back for extra articles. You, my friend, ROCK! I found just the information I already searched all over the place and just could not come across. What a great web-site.


Leave a reply to dedi Cancel reply